Londa



Biasanya kalau selesai semester tidak banyak kegiatan yang bisa dilakukan di sekolah kecuali Porseni yang membosankan dan siksa diri itu. Hari itu Saya, Mei, dan Ester Melarikan diri dari sekolah alias bolos untuk pergi jalan-jalan di seputar Toraja. Kami sempat bingung mau kemana. Kami harus memilih tempat wisata yang menarik, menyenangkan dan tentunya cocok dengan kantong kami yang pas-pasan. Setelah dipikir-pikir, rasanya kurang seru jika hanya bertiga. Kamipun mencari teman-teman yang mau ikut bersama (kriteria utamanya adalah bermodal. ya, setidaknya dia bisa membiayai dirinya sendiri selama perjalanan) Maka terpililah anak-anak berandalan yaitu (tereret teret. . .) Adi, Iman, Nopi dan Pasangan Nopi, Hanas. Akhirnya kami memutuskan pergi ke Londa, gua pemakaman yang anker. Perjalanan ke "Gua Kematian" pun dimulai. kami ada 7 orang, 4 Cowok dan 3 cewek.
 Seperti biasa, saat pergi itu terasa lama sampainya jika dibandingkan saat pulang (ya. Namanya juga orang yang tidak sabaran). Setelah turun dari "Pete-pete" (Di Toraja, angkot diberi nama seperti itu. Nama yang aneh ya!!) kami harus berjalan kaki sejauh 1,5 km untuk menuju ke TPK. Dikarenakan pete-pete tidak dapat memasuki daerah itu (sebenarnya sih, ada ojek yang beroprasi. Tapi, kami harus berhemat sebisa mungkin, lagian kami juga udah biasa kok jalan kaki ke sekolah yang jaraknya 3 km dari pusat kolam).
Nopi, Mey, Ester, Iman, Adi dan Hanas

Di perjalanan yang membosankan kami mencoba untuk melakukan aktifitas rutin kami (gIfo coy..!). Nah, pada bagian ini. Meirinda paling suka ngomel minta di foto dan di rekam sambil menyanyi (gila itu anak, bikin penuh memori aja >_<;).
Sesampai di tempat tujuan, kami beristirahat sejenak sambil melanjutkan adegan gifo kami (Lagi-lagi meirinda yang pegang kamera, jadi fotonya dia yang paling banyak) tidak lama kemudian datang anak-anak SMP yang imut-imut dan bule-bule yang nggak jauh bedanya sama meirinda tukang gifo (sebenarnya untuk itu mereka datang, mengabadikan moment yang mungkin tak akan terulang kembali).
 
Nopi Dan Neneknya
Waktu masuk di "gua kematian" itu, rasanya takut dan penasaran. Eh, tahunya Nopi dan Hanas sudah masuk duluan, berdua lagi. Yang jelas saya tidak akan menceritakan apa yang mereka lakukan di dalam kegelapan itu (bukan demi untuk menjaga privasi. Hanya saja aku tidak tahu apa yang mereka lakukan. Hahaha... Kalau Nopi yang baca postingan ini, pasti aku dipeluk sampai sesak napas). Setelah mereka kembali. Saya, Iman dan Hanas masuk ke dalam, saya sudah lupa Adi ikut masuk atau tidak? Atau dia diluar lagi gombal anak SMP? Kalau Mei dan Ester kayaknya memang tidak mau masuk (Dasar Penakut!! Cuman badannya saja yang gede. Kwkwkwkw..) Mereka memilih gifo bersama bule (Aku curiga, pasti itu bule yang mengajak gifo).

Adi, Iman, Ester, Om Bule, Mey, & Saya. Nopi dan Hanas nggak Tau main Dimana
Didalam gua kematian saya ketakutan dan bingung jalannya di sebelah mana. Dengan berbekal senter satu buah, saya yang mengambil alih untuk memimpin jalan. Pada jalan turunan tajam (Kayak jurang) saya sangat berhati-hati melewatinya dengan senter yang nyaris lowbet. sesekali saya menyenter ke belakang untuk memastikan bahwa mereka masih hidup di belakangku (Maksudku Hanas dan Iman). Sesampai di dasar jurang kecil itu saya merasakan aura yang mengerikan (Atau hanya perasaanku saja. ???) sehingga Refleks langkahku lebih dipercepat. Tiba-tiba terdengar suara yang mengejutkanku "BruuKkk" bulu kudukku berdiri semua. langsung saja saya menyenter kebelakang, ternyata Iman ambruk dan tergeletak kesakitan masih bernyawa di tanah (Dasar Anak Ceroboh). Saya tertawa kecil (Jaga perasaan donk) dengan sedikit rasa bersalah, Saya menyenternya lebih dekat kemudian dia bangun dan mulai jalan lagi seperti tidak terjadi apa-apa (sok tegar banget itu anak. kalau mau nangis, nangis aja di pundakku kan saya juga yang salah tapi jangan sampe keluarin ingusmu. Peace ^_^). Kali ini saya lebih berhati-hati menjaga kedua anak merepotkan itu (Huh! Nyusain banget mereka berdua).

Hanas Dan Adi (Dng Gaya Malam Mereka)
Setiba di luar, Nopi dkk menanyakan mengapa Iman jalannya compang-camping. Langsung aku jelaskan panjang lebar sambil menahan tawa. Mereka langsung tertawa terbahak-bahak selesai aku bercerita. Tawa yang dari tadi aku tahan langsung meledak (Tertawa bersama itu menyenangkan ^_^; daripada tertawa sendirian kayak orang gila). Kemudian kami Istirahat sebentar lalu pergi melihat bule yang sedang melakukan Investigasi. Setelah bule itu pulang kami mulai gifo lagi, sebelum kami juga kembali ke rumah. Memainkan tengkorak memang menyenangkan (kapan lagi main kayak gini. di rumah, aku tak punya mainan seperti ini). Selama perjalanan pulang banyak hal-hal buruk yang kami lakukan dan sebaiknya tidak usah saya jelaskan (kali ini benar-benar menjaga privasi). Biarlah hanya kami yang tahu n_n;



Maaf ya, kalau kata-kataku agak menyakitkan. Ini pengalaman dari memori otakku, yang pastinya beda dengan memori teman-temanku di atas.


2 comments:

Jangan Buang Waktu buat Spam...
untuk yang tidak memiliki account, silahkan pilih Nama/Url Url nya dikosongkan saja, atau anda juga bisa menggunakan URL facebook anda

Terima Kasih